Hai pejuang bloger ...
Pernah nggak ngalamin kalau kita tuh dinilai dari suara kita ?
Belum pernah bertemu, hanya komunikasi lewat chat.
Bukan pula komunikasi sebagai teman,
Apalagi sahabat, ini bicara tentang pekerjaan.
Saya cerita lagi boleh ya ...
Setelah pekerjaan yang dia bekerja tapi tidak digaji di cerita saya sebelumnya https://iethajannah.blogspot.com/2020/06/mau.html, saya lalu dibuat kecewa. duhhh baper banget kayaknya hahahhaha.
Saya tuh merasa kehilangan pekerjaan, sehingga saya merasa setelah ini saya kerja apa?
Bayang-bayang mencari pekerjaan sulit membuat saya memiliki kekawatiran berlebih.
Selama tiga hari saya menangisi pekerjaan saya yang saya sangat kecewa dengan kamuflase dan kebohongan. Babe walaupun di satu sisi senang saya akhirnya menyadari dan berhenti bekerja, toh ikut merasakan kesedihan dan kesusahan saya.
Babe bilang, di luar sana masih banyak pekerjaan yang lebih mumpuni dan berkualitas. Yang jelas bulanannya. Saya akhirnya pelan-pelan bisa menerima, dan setelah tiga hari meratapi kakak saya mengirimkan pesan ke handphone saya, kira-kira bunyinya seperti ini :
[Tha ... ada kerjaan nih, tapi kontrak, dan cuma kek magang gitu, mau nggak?] melihat kata kerja saya langsung membalas sms kakak saya [MAU ... kerja dimana? jadi apa?] tanyaku tak sabaran [jadi admin input data, semacam admin entry data gitu loh], [input data apakah?] tanyaku lagi, tidak mau terulang lagi kebodohan di awal, saya memilih lebih banyak tanya [itu loh, yang daftar kartu sim ******** ke sistem], demi mendengar nama perusahaan besar itu disebut, saya langsung meng-iyakan [iya ... mau] [alhamdulillah, oke lah besok ke kantornya ya, nanti ketemu sama pak A] kata kakaku menjelaskan [siap bos] saat itu saya alngsung menyadari bahwa inilah jawaban doa saya kemaren.
Doa saat saya teraniaya, dalam kondisi dramatis itu, saya sempet mendoakan bahwa saya nantinya akan mendapatkan perkerjaan yang lebih barokah, karirnya bagus, dan babe bisa menerima, begitulah kira-kira isi doa saya.
Malam itu juga, saya lalu memberitahukann babe, hasilnya sama dengan saya, demi mendengar nama perusahaan besar itu diucap, babe langsung setuju, dan senang hati mengantarkan esok hari."Tapi ini kontrak loh ya be ... bukan jadi staf" saya memastikan status saya, saya kawatir babe berharap lebih pada posisi di perusahaan tersebut.
Sambil tersenyum babe lalu berkata "Gpp nduk, yang penting kali ini pekerjaan dan tempatnya jelas" kami kemudian tertawa berbarengan.
akhirnya esoknya saya mendatangi kantor ******** bertemu dengan Pak A, lalu dijelaskan pekerjaannya oleh salah satu staf, dulu inget nggak ? masih ngisi data pemilik sim card dengan secarik kertas yang kemudian nanti di entry oleh petugas ke dalam sistem? kalau kalian masih ingat, wahh kita hidup di zaman yang sama, hahhahah
singkat cerita, saya bisa nyaman bekerja di perusahaan tersebut, bertemu teman admin juga, lalu setelah 4 bulan kontrak selesai, Pak A yang mengetahui bahwa aku lulusan S1 teknik, akhirnya memindahkan saya ke bagian Debt Collector online sementara, menggantikan teman admin yang sedang cuti.
Data para customer sudah ada di sistem,mulai dari nama lengkap, alamat lengkap, no telpon rumah, no hp, alamat keluarga yang bisa dihubungi dan lain-lain.
awalnya saya takut-takut untuk menagih pelanggan yang sudah mengalamai pemblokiran kartu karena tidak kunjung dilunasi pembayaran tagihan telponnya, beruntung saya memiliki teman yang sangat membantu saya. sabar mengajari dan tak segan-segan mengajak untuk berani menagih.
akhirnya 1 minggu berjalan, saya sudah terbiasa dengan rutinitas, saat menghubungi pun ada pilihan bahasa dan cara standart penagihan, lalu kita harus menggunakan nada suara yang bisa menarik perhatian mereka dan ada unsur ketegasan dengan mengkonfirmasi dan menyampaikan bahwa tagihan harus segera dibayar.
Ada suatu kejadian, dimana akhirnya saya menuliskan cerita ini dengan tajuk "please dont judge the book from the cover" artinya jangan menilai buku dari sampulnya, arti lebih luas lagi jangan menilai orang apalagi belum pernah mengenalnya. dalam kasus saya, belom pernah bertemu.
Jadi kejadiannya berawal dari saya menelpon seorang pria yang memiliki tunggakan satu bulan, ahh masih mudah untuk menghubungi customer yang masih tunggak sebulan, nomornya belum di blokir, hanya panggilan keluar yang sudah di blok. yang artinya saya masih bisa menghubungi nomor tersebut.
Panggil saja bapak itu bernama "Pak Tarno" karena wajahnya seingat saya mirip dengan artis pak Tarno yang selalu bilang "Jadi apa prok-prok prok" di setiap lucunya.
Bapak itu sebenarnya sangat ramah, bahkan kooperatif, mengetahui kesalahannya teralmbat membayar karena kesibukan. [Baik Pak Tarno, kira-kira kapan bapak akan ke kantor? agar setelah dilakukannya pembayaran, maka lebih cepat open blokir jika lansung meminta CS] tanya saya setelah 5 menit berbicara dengan bapak ini.
[Secepatnya mba, karena saya butuh untuk panggilan keluar] kata bapak itu, lalu ia menanyakan apakah nanti bertemu saya, [Maaf bapak, saya hanya bagian penagihan, nanti kalau ke kantor akan diberikan arahan oleh sekuriti] tapi kemudian bapak itu menjelaskan bahwa beliau minta dibantu oleh saya, setidaknya bisa diserahkan langsung kepada CS nya. [baiklah pak, nanti kabari aja kalau sudah di lantai bawah ya, ini nomor hp saya].
Saya tak punya firasat apa-apa, hingga akhirnya jan 20.00 ada notifikasi masuk, memberitahukan ada pulsa masuk sebesar 200.000. saya kaget bukan main, babe nggak pernah mengisikan saya pulsa sebanyak ini, lalu tak lama kemudian, masuk notifikasi pesan baru.
[Malam mba ... kiranya diterima pulsa saya, agar kita bisa bercengkrama lebih akrab, salam Mas Tarno] deg! saya kaget bukan main, saya memang ada memberikan nomor saya karena agar janjian bertemu di lantai bawah besok pagi, tapi saya nggak menyangka akan mendapat perlakuan seperti ini.
nurani saya lalu memberikan alarm, saya sangat tidak suka sesuatu yang gratis tanpa kejelasan, saya lalu membalasnya [Maap bapak, tidak perlu seperti itu, saya sudah kirim balik pulsanya], orang yang mengaku dirinya mas ini, dan saya tetap memanggil bapak, lalu mengirimkan sms [maapkan saya lancang mba, saya pengen lebih kenal dengan mba ietha, saya suka suara mba], makdek!! berasa disambar geledek, saya justru malah geli mendengarnya.
[maap pak, saya tidak mau menggabungkan urusan pribadi dengan urusan kerja, saya tidak nyaman] tegasku, bapak itu lalu mengirimkan sms lagi [Saya ingin mengajak mba ietha makan malam bersama, biar kita bisa jadi teman, dan berbicara lebih santai] tawarnya lagi, alarm saya makin menyala di otak saya. geli dan kawatir menghinggapi saya.
[Maapkan pak saya sudah bersuami] bohong saya kala itu, lalu secepat kilat bapak itu tidak membalas sms saya lagi. haahhahaha saya pun lega, lalu keesokan harinya, saya yakin, bapak itu tidak akan membutuhkan saya dilantai bawah. Tapi ternyata perkiraan saya salah, sekitar pukul 11 pagi, mba customer service dibawah menelepon saya, bilang ada laki-laki keatas untuk bertemu dengan saya.
Saya langsung yakin bahwa itu adalah mas eh pak Tarno, saya intip pintu masuk, masya Alloh, bapak itu kira-kira sudah berumur 45 tahunan, berkumis, memakai kemeja licin dan bercorak, memakai cincin bermata besar atau giok, dan merokok. saya sungguh ilfeel melihatnya.
saya nggak tau mesti gimana, ada rasa takut dan rasa enggan untuk bertemu, namun akhirnya saya putuskan untuk bertemu, lalu saya keluar dan berusaha menenangkan diri.
"Pak Tarno?" tanya saya, bapak itu lalu mematikan rokoknya, "iya benar mba, ada mbak ietha nya?" aroma parfum tercium menyengat saat saya duduk bersebrangan dengannya "iya pak, saya ietha" seketika ia lalu terkejut, "ohhh maaf mba, saya kira mbak nggak berjilbab" bapak itu lalu tertunduk dan merasa tak nyaman "bagaimana mungkin bapak berfikir saya tidak berjilbab?" lalu ia dengan malu mengatakan "nama mba ... nama mba ietha, saya kira mba tidak menggunakan jilbab" saya lalu merasa gerah, berang dan rasanya ingin memaki, sejelek itu kah arti nama saya?
"maap pak, itu nama panggilan, nama asli saya Miftahul Jannah", demi mendegar penjelasan saya, ia lalu pamit dan segera turun, sepersekian detik meminta maaf dan meminta saya melupakan kejadian semalam.
Ya Alloh .. untunglah saya berjilbab, batin saya. Saya lalu bersyukr bahwa Alloh masih melindungi saya, bapak itu jelas memiliki niat tak baik, mungkin dari nama panggilan saya itu juga image perempuan bisa diajak aneh-aneh. ahhh ... sedihnya ...
bapak itu menilai dari suara saya, lalu dari suara itu muncullah prasangka bahwa saya masih single, tak cukup dari situ, begitu saya jelaskan bahwa saya sudah bersuami, ia tetap menemui saya, itu berarti ia berfikiran bahwa saya perempuan yang bisa digoda, astagfirulloh ...
dari suara saja benar adanya bisa membuat penilaian dirimu berbeda.
untung hanya sebulan saya menggantikan tugas menagih tagihan telepon, sebelum saya akhirnya pindah ke departemen teknik.
dari cerita panjang saya diatas, perlu untuk tidak menilai sesuatu yang belum jelas dengan penilaian sendiri, duhhh saya waktu itu beneran belum menikah dan masih berusia 23 tahun, diajak bertemu dengan laki-laki asing berumur 45 tahunan yeee siapa juga yang nggak Parno. hahahahahaha ...
suara saya ternyata mengandung umpan yaa ..
hati-hati kalau bertemu saya loh, bisa jadi nggak sesuai harapan kalian... hahahhahaha
Mengerikan Mbak ceritanya. Ya Allah. Bisa2nya begitu. Suara mengandung umpan. Saya juga pernah demikian Mbak. Ada yg ngejar cuma karna dengar suara saya pas salah sambung. Perasaan udah galak gitu ngangkat telp nya. Ih.
BalasHapusYa Allah.. Alhamdulillah belum pernah mendapat pengalaman seperti itu
BalasHapusHihi.. dianggap sebagai pengalaman penambah kisah hidup ya Mbak, di satu sisi bersyukur suara mbak merdu, di satu sisi sebagai reminder bahwa "saudara" kita kaum lelaki itu pikirannya udah ke mana2 aja ya
BalasHapusMau dooonk dengar suaranya..kayaknya merdu dan mendesah *eh... Suaraku yg suka hanya suami saja jadilah hanya dia yg menikmati ya,he
BalasHapusYa Allah... Alhamdulillah Allah melindungi ya mba... Banyak hikmah yg bisa dipetik dari cerita mba. Mungkin ini ya dalam islam disebut suara termasuk aurat... Dan demi kebaikan bohong jg boleh dilakukan kaya kasus mba tadi, bilang aja sdh bersua I.
BalasHapus