Ada pepatah mengatakan, bahwa anak adalah peniru ulung, artinya anak adalah cerminan orang tuanya.
Mulai dari mengikuti kata-katanya hingga perilaku orang tuanya.
Untuk itulah mengapa ilmu parenting orang tua harus ikut update seiring berjalannya waktu.
Tujuannya agar antara orang tua dan anak bisa saling memahami hak dan kewajibannya.
Lalu bagaimana jika anak meniru kesibukan orang tuanya dalam hal berjualan? dalam artian anak memiliki keinginan berjualan seperti orang tuanya? bukankah akan mengganggu tumbuh kembangnya?
Anak-anak jualan ? apa kata orang? duhh eksploitasi anak namanya donk.
Banyak suara-suara sumbang yang akan mempengaruhi keputusan orang tua didalam mengijinkan anak berjualan, padahal jika kita memahami langkah awalnya, berjualan akan memberi manfaat yang banyak pada anak.
Dengan berjualan, anak akan mengenal bisnis skala kecil sejak dini, akan terbiasa dengan tanggung jawab dan akan melatih sifat amanah, jujur, dan bisa dipercaya.
Lalu apakah boleh? Yuk kita bahas ...
Langkah awal sebelum kita menyetujui anak berjualan adalah sebagai berikut :
1.Kenalkan uang terlebih dahulu kepada anak
Hal ini erat kaitannya dengan umur ya Miks, jadi anak yang mengenal uang bisa dimulai sejak usia 5 tahun. Awal mengajarkan dengan cara yang menyenangkan, seperti bermain monopoli syar'i, bermain peran antara penjual dan pembeli dengan menggunakan uang receh dan kertas yang tidak terlalu besar nilainya.
Kenalkan nilai uang sesuai tahapan umurnya ya.
2. Ajak dan kenalkan dengan pasar tradisional
Perkenalkan anak pada pasar tradisional, jadi tidak hanya mengajak anak saat berbelanja di swalayan atau supermarket yang bersih dan rapi saja ya, lebih baik buat perbandingan belanja di pasar tradisional dengan swalayan, biarkan anak menelaah dengan gaya pikirannya, jangan paksa anak untuk mengerti. Setidaknya anak tahu bahwa stok barang yang ada di swalayan asalnya dari pasar tradisional.
3. Beri contoh berjualan
Biasanya anak meniru minat berjualan karena orang tuanya sudah berjualan atau memiliki usaha. Namun jika keinginan anak di motivasi dari pihak luar, maka penting kiranya orang tua memberi contoh cara berjualan, misalkan jualan donut, jualan es, lalu libatkan anak untuk menaruh di warung, menggoreng donut dan lain-lain sehingga anak dengan sendirinya tertriger dan mengetahui cara proses berjualan dari bahan baku hingga menjadi sebuah produk yang layak dijual.
Beberapa sekolah dasar negeri dan swasta juga sudah banyak menerapkan "Business Day" atau hari berjualan di sekolah mereka, agar anak terlatih untuk mandiri dan bertanggung jawab.
4. Komunikasikan minat mereka
Setelah memberikan contoh secara periodik, komunikasikan apa yang menjadi minat mereka. apakah mereka ingin berjualan barang yang sama persis dengan jualan orang tuanya, atau memilih berjualan barang yang berbeda? sesimple apapun permintaan mereka agar didukung serius, sehingga anak akan merasa dihargai. Berikan komunikasi yang dua arah, tanya jawab dan bermain peran.
5. Sesuaikan waktu anak
Lalu bagaimana dengan jadwalnya? apakah tidak mengganggu waktu belajar dan bermainnya?
Nah Miks harus bisa membuatkan jadwal anak atas kesepakatan bersama. Tentukan kapan waktu belajar dirumah, kapan waktu bermain dengan teman, kapan waktu istirahat dan kapan waktu berjualan. Sebaiknya beri produk yang mudah dan tidak membutuhkan proses produksi panjang dan melelahkan.
Ingatkan untuk penerapan jadwal tersebut, namanya anak-anak pasti ada lupanya. Jangan banyak berharap, tarik ulur dan biar ia menikmati prosesnya dengan se-natural mungkin.
6. Target dimulai dari skala kecil
Kenalkan ilmu marketing dengan gambaran semudah mungkin, Miks bisa dengan cara bermain peran juragan dan karyawan, dimana juragan memberikan target untuk satu hari, dan karyawan (yaitu si anak) diberi tahu caranya mencapai target itu, misalkan saja jualan es lilin saat jamnya teman-teman main di halaman depan rumah, atau membawa es lilin untuk dititipkan ke kantin sekolah. Tentunya ini atas ijin sari pihak kantin sekolah ya.
7. Ajarkan tanggung jawab
Dengan berjualan karena minat anak itu sendiri, maka akan lebih mudah menerapkan rasa tanggung jawab ke diri mereka. Tanggung jawab dari mengatur jadwal, ikut berbelanja di pasar, ikut memasak jualannya, membawa ke warung atau kantin sekolah, menghitung uang yang didapat dalam sehari, menghitung sisa produk yang tak terjual, dan bertanggung jawab menyimpan produk.
Lihat bagaimana sistem mengajarkan anak untuk bertanggung jawab, yang penting orang tua tidak boleh memaksa kondisi anak, agar anak bisa melakukan dengan suka cita.
8. Menabung
Hargai jerih payah anak dengan memberikan haknya. sesuai persetujuan di awal.
Arahkan anak agar dapat menyisihkan hasil jualan untuk menabung, agar ia dapat membeli barang yang ia inginkan. Orang tua bisa sekaligus menanamkan kemandirian dan rasa bangga dari membeli barang hasil tabungannya sendiri.
Nah ... Bagaimana dear?
Siap untuk mewujudkan minat anak yang ingin berjualan seperti orang tuanya?
Semoga 8 langkah awal diatas, bisa dilakukan secara perlahan namun pasti.
Hal yang perlu di garis bawahi adalah biarkan anak menikmati prosesnya, karena terkadang anak semangat didepan lalu melempem di proses, ingatkan komitmen di awal, ingatkan manfaat yang akan ia berikan kepada orang lain melalui barang yang ia jual dan ingatkan keuntungan yang akan ia dapatkan.
Komentar
Posting Komentar