Langsung ke konten utama

11. Anak ingin berjualan? Berikut langkah awalnya



Dear pejuang bloger ...

Ada pepatah mengatakan, bahwa anak adalah peniru ulung, artinya anak adalah cerminan orang tuanya.

Mulai dari mengikuti kata-katanya hingga perilaku orang tuanya.

Untuk itulah mengapa ilmu parenting orang tua harus ikut update seiring berjalannya waktu.

Tujuannya agar antara orang tua dan anak bisa saling memahami hak dan kewajibannya.

Lalu bagaimana jika anak meniru kesibukan orang tuanya dalam hal berjualan? dalam artian anak memiliki keinginan berjualan seperti orang tuanya? bukankah akan mengganggu tumbuh kembangnya?

Anak-anak jualan ? apa kata orang? duhh eksploitasi anak namanya donk.

Banyak suara-suara sumbang yang akan mempengaruhi keputusan orang tua didalam mengijinkan anak berjualan, padahal jika kita memahami langkah awalnya, berjualan akan memberi manfaat yang banyak pada anak.

Dengan berjualan, anak akan mengenal bisnis skala kecil sejak dini, akan terbiasa dengan tanggung jawab dan  akan melatih sifat amanah, jujur, dan bisa dipercaya.

Lalu apakah boleh? Yuk kita bahas ...

Langkah awal sebelum kita menyetujui anak berjualan adalah sebagai berikut :

1.Kenalkan uang terlebih dahulu kepada anak

Hal ini erat kaitannya dengan umur ya Miks, jadi anak yang mengenal uang bisa dimulai sejak usia 5 tahun. Awal mengajarkan dengan cara yang menyenangkan, seperti bermain monopoli syar'i, bermain peran antara penjual dan pembeli dengan menggunakan uang receh dan kertas yang tidak terlalu besar nilainya.

Kenalkan nilai uang sesuai tahapan umurnya ya.

2. Ajak dan kenalkan dengan pasar tradisional

Perkenalkan anak pada pasar tradisional, jadi tidak hanya mengajak anak saat berbelanja di swalayan atau supermarket yang bersih dan rapi saja ya, lebih baik buat perbandingan belanja di pasar tradisional dengan swalayan, biarkan anak menelaah dengan gaya pikirannya, jangan paksa anak untuk mengerti. Setidaknya anak tahu bahwa stok barang yang ada di swalayan asalnya dari pasar tradisional.

3. Beri contoh berjualan

Biasanya anak meniru minat berjualan  karena orang tuanya sudah berjualan atau memiliki usaha. Namun jika keinginan anak di motivasi dari pihak luar, maka penting  kiranya orang tua memberi contoh cara berjualan, misalkan jualan donut, jualan es, lalu libatkan anak untuk menaruh di warung, menggoreng donut dan lain-lain sehingga anak dengan sendirinya tertriger dan mengetahui cara proses berjualan dari bahan baku hingga menjadi sebuah produk yang layak dijual.

Beberapa sekolah dasar negeri dan swasta juga sudah banyak menerapkan "Business Day" atau hari berjualan di sekolah mereka, agar anak terlatih untuk mandiri dan bertanggung jawab.

4. Komunikasikan minat mereka

Setelah memberikan contoh secara periodik, komunikasikan apa yang menjadi minat mereka. apakah mereka ingin berjualan barang yang sama persis dengan jualan orang tuanya, atau memilih berjualan barang yang berbeda? sesimple apapun permintaan mereka agar didukung serius, sehingga anak akan merasa dihargai. Berikan komunikasi yang dua arah, tanya jawab dan bermain peran.

5. Sesuaikan waktu anak

Lalu bagaimana dengan jadwalnya? apakah tidak mengganggu waktu belajar dan bermainnya?

Nah Miks harus bisa membuatkan jadwal anak atas kesepakatan bersama. Tentukan kapan waktu belajar dirumah, kapan waktu bermain dengan teman, kapan waktu istirahat dan kapan waktu berjualan. Sebaiknya beri produk yang mudah dan tidak membutuhkan proses produksi panjang dan melelahkan.

Ingatkan untuk penerapan jadwal tersebut, namanya anak-anak pasti ada lupanya. Jangan banyak berharap, tarik ulur dan biar ia menikmati prosesnya dengan se-natural mungkin.

6. Target dimulai dari skala kecil

Kenalkan ilmu marketing dengan gambaran semudah mungkin, Miks bisa dengan cara bermain peran juragan dan karyawan, dimana juragan memberikan target untuk satu hari, dan karyawan (yaitu si anak) diberi tahu caranya mencapai target itu, misalkan saja jualan es lilin saat jamnya teman-teman main di halaman depan rumah, atau membawa es lilin untuk dititipkan ke kantin sekolah. Tentunya ini atas ijin sari pihak kantin sekolah  ya.

7. Ajarkan tanggung jawab

Dengan berjualan karena minat anak itu sendiri, maka akan lebih mudah menerapkan rasa tanggung jawab ke diri mereka. Tanggung jawab dari mengatur jadwal, ikut berbelanja di pasar, ikut memasak jualannya, membawa ke warung atau kantin sekolah, menghitung uang yang didapat dalam sehari, menghitung sisa produk yang tak terjual, dan bertanggung jawab menyimpan produk.

Lihat bagaimana sistem mengajarkan anak untuk bertanggung jawab, yang penting orang tua tidak boleh memaksa kondisi anak, agar anak bisa melakukan dengan suka cita.

8. Menabung

Hargai jerih payah anak dengan memberikan haknya. sesuai persetujuan di awal.

Arahkan anak agar dapat menyisihkan hasil jualan untuk menabung, agar ia dapat membeli barang yang ia inginkan. Orang tua bisa sekaligus menanamkan kemandirian dan rasa bangga dari membeli barang hasil tabungannya sendiri.

Nah ... Bagaimana dear?

Siap untuk mewujudkan minat anak yang ingin berjualan seperti orang tuanya?

Semoga 8 langkah awal diatas, bisa dilakukan secara perlahan namun pasti.

Hal yang perlu di garis bawahi adalah biarkan anak menikmati prosesnya, karena terkadang anak semangat didepan lalu melempem di proses, ingatkan komitmen di awal, ingatkan manfaat yang akan ia berikan kepada orang lain melalui barang yang ia jual dan ingatkan keuntungan yang akan ia dapatkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2. Mau Jadi Produsen atau Reseller ? (PART II)

Assalamualaikum ... Hai pejuang bloger, apa kabar malam ini ? kembali bersama saya dengan melanjutkan pembahasan kemaren. Wait ... Sebenernya apa sih tujuan saya membuat pembahasan masalah antara produsen dan reseller ? Sekali lagi saya katakan saya bukan ahlinya, adanya blog ini bisa memberikan saya keleluasaan dalam menuangkan ilmu yang saya dapat dan dengan rencana bisnis saya ke depan. So ... dasarnya memang lebih kepada opini saya dan juga sumber ilmu dari beberapa kelas online bisnis yang saya ikuti. Lalu mengapa sih ini menjadi sangat penting buat saya ? Sebagai pelaku bisnis yang mana saya sebagai produsen dan juga reseller, maka saya ingin berbagi pengalaman dan sharing ilmu yang pernah saya dapatkan. Dalam hal ini, tidak hanya menguntungkan buat yang membaca, namun lebih kepada menjaga tekad saya untuk bisa mewujudkan Odys Food sebagai suatu usaha rumahan yang memproduksi jenis makanan beku yang home-made, bebas MSG, bebas pengawet, higenis, sehat dan bisa membuka peluang bua

3. PUSH YOUR LIMIT

Holla pejuang bloger … Masih semangat donk yaaa … Jumpa lagi dengan saya, dalam pembahasan bisnis ala saya. Jika kemaren kita sedikit mengulas reseller dan dropship, diujung tulisan saya, saya sedikit menyinggung agar kita bisa push limit. Sebenarnya apa sih push limit itu ? dan kapan waktu yang tepat kita perlu untuk mengepush limit kita ? Push limit diartikan pemaksaan di batas kemampuan kita, seperti kondisi dimana kita dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu. Waktunya kapan ? yaa tergantung kebutuhan, berikut saya coba paparkan dari apa yang disadur dari group pasukan B Erl Cosmetic. Push yourself because no one else is going to do it for you. Sebagai contoh banyak yang tidak sadar bahwa pandemi Covid-19 mampu mengubah pola hidup sebagian besar manusia. Sebelum virus ini menyebar, kita semua memiliki alasan masing-masing yang dijadikan pembenaran atas kebiasaan yang kita lakukan. Ada yang setiap hari kumpul-kumpul dengan teman-temannya yang tidak baik sehingga ia ter

6. Kekuatan Itu Bernama Mental

Hai pejuang bloger ... Pernah punya pengalaman nekad nggak ? nekad dalam usaha ... maksutnya, tidak ada persiapan khusus, namun mengambil keputusan spontan hanya karena sebagian hati mengatakan ini hal yang patut dicoba, dan sebagian lainnya menguji keberanian melakukan sesuatu yang baru. Itu terjadi sama saya, waktu memutuskan untuk berjualan roti. saya suka roti ... apalagi tinggal makan hahahahah roti itu mengingatkan saya akan masa kecil. duluu banget waktu masih duduk di bangku SD Setiap sore, saya menunggu abang roti lewat dengan mobil bergambar koki memegang roti hangat. dulu cara penjualan roti dengan menjemput bola, masih jarang dititip ke warung atau swalaayan, padahal seingat saya lebih keren seperti saya kecil dulu. mobil roti itu lewat sekitar jam 16.00 lalu sambil membunyikan musik panggilan roti, anak-anak akan segera mendekat, lalu merayu orang tua mereka untuk membeli. hampir setiap hari, tukang roti tahu bahwa daerah perumahan terkenal dengan anak-anak yang bisa membu