Langsung ke konten utama

1. Mau Jadi Produsen atau Reseller ? (PART I)




Dear pejuang bloger ... 

Well saya per hari ini, sudah berjanji bakalan mulai aktif menulis di blog saya yang baru kemaren saya buat. Membuat rutin itu tidak mudah, Pastinya ada due date dan target yang akan kita kejar. Due datenya yaa pokok harus setiap hari, minim sehari sekali posting. 

Lalu targetnya? Saya kali ini pengen ngomongin masalah bisnis.. Saya tentu bukan pakarnya, so ... apa yang saya tulis tentang bisnis selain dari terjun lapangan langsung, juga dari materi yang saya dapatkan dari kelas bisnis dengan coach handal dan sudah terbukti kredibilitasnya.

Sebut saja teteh Indari Mastuti owner PT IBU, Ummi Aleeya founder Joeragan Artikel, Tendi Murti founder KMO yang mana secara rutin saya ikuti kelas onlinenya. Sedangkan untuk tontonan bisnis yang lagi suka saya tonton tuh channel you tube nya kang Dewa Eka Prayoga dan bunda cantik B Erl Cosmetics. Semua mentor dan coach menurut saya memiliki keunikan masing-masing, dan saya merasa terinspirasi dari mereka. 

Oke pembahasan saya malam ini bertajuk "Mau jadi produsen atau reseller?" Jujur ya dear, saya tuh sekarang berada pada dua posisi tersebut. Yes saya adalah produsen frozen food home-made dengan nama Odys Food, dan saya juga reseller dari beberapa produk yang lagi kekinian menjamur saat ini. 

Saya cerita sedikit ya tentang Odys Food. Berdiri dari sejak tahun 2014, odys food awalnya hanya memproduksi nugget ayam, dan motivasi saya membuat nugget sampai sekarang adalah karena anak saya kynan yang tidak suka makan sayur. Kynan lebih suka makan keringan dnegan nugget dan ayam krispi, namun saya memikirkan nutrisi yang masuk dalam tubuh kynan.

Maka saya nggak mau kynan banyak mengonsumsi makanan beku yang menggunakan MSG dan pengawet. Untuk itu saya berusaha mencari resep dan mencoba membuatnya, alhamdulillah berhasil dan kynan sangat suka. 

Dari adonan nugget yang tanpa MSG, tanpa pengawet, daging ayam hanya bagian dada, dan saya bisa memasukkan sayuran, maka saya tak lagi kawatir kynan makan keringan. Hingga akhirnya, banyak teman-teman kynan yang kebetulan pernah makan di rumah saya, akhirnya ikut minta dibelikan oleh orang tua mereka.

Jadilah nugget odys food sebagai salah satu lauk frozen food yang sangat dicari oleh para emak yang memiliki tujuan sama dengan saya. Alhamdulillah sekarang sudah menginjak tahun ke 5, dan saya terus belajar untuk mengembangkan bisnis frozen food home-made ini dengan menambah variannya.

Kita mulai yuk pembahasannya ... maapkan ngalor ngidul bahasanya 😁 

Okey.. saya akan mulai dengan membahas tentang menjadi seorang produsen. Sumber kali ini saya ambil dari kelas online teteh Indari Mastuti yang pernah saya ikuti dalam tajuk "Tips khusus buat produsen biar banjir orderan".

Siap yakk? 



Menjadi produsen itu banyak hal yang harus diurus. Antara lain produksi (seperti mencari bahan baku, bagaimana produksinya, bagaimana packingnya, dll) hingga mengelola jaringan pemasaran juga. Nah, ada yang sudah siap menjadi produsen? 

Jujur saya pribadi juga belom sempurna menjadi seorang produsen, sementara hanya bisa produksi dengan stok tak banyak karena belum ada pasukan yang membantu dalam produksi produksi. Tapi setidaknya, setiap proses tumbuh kembang Odys Food ini saya jalani dengan penuh suka cita, bersabar dan terus melangkah. Buat kamu yang baru aja terjun atau sudah menjadi produsen, 

yukk kita simak langkah-langkah siap untuk menjadi produsen ... 

*Satu, memilih produk* 
Pastikan produk Anda harus berbeda dengan produk yang sudah ada di pasaran. Kalau pun produk tersebut sudah ada di pasaran, maka Anda harus kenali apa keunggulan produk Anda. 

*Dua, persiapkan brand*. 
Pilih nama merek yang eye catching dan mudah diucapkan, sehingga lebih mudah diterima oleh konsumen. 

*Tiga, kenali hulu ke hilir". 
Menjadi produsen maka Anda harus mengurus semua hal, dari hulu ke hilir. 
Contoh mengurus dari hulu seperti: siapa vendor kainnya? atau beli bahan mentah di mana yang akan Anda jadikan produk jadi? 

*Empat, riset*. 
Jangan asal produksi barang tanpa riset agar produknya kelak bisa sesuai dengan selera target market. Makanya, tidak mudah menjadi produsen karena Anda harus memikirkan semua hal, dari hulu ke hilir. Jadi, berlatihlah jadi pemasaran dulu.

*Lima, STOP BAPER*.
Jangan sampai, Nggak nemu bahan kain yang pas, langsung merasa nggak bakat berbisnis. Produksi pertama dan gagal, langsung mutusin stop berbisnis Karena, menjadi produsen itu banyak sekali tantangannya dan harus siap dihadapi.

Tantangan tidak hanya muncul dari sisi produksi saja. Menjadi produsen, juga kerap menghadapi tantangan dari segi pemasaran. Antara lain, gimana buat marketer semangat jualan, angka penjualan pernah menurun, konsumen mulai jenuh jadi harus pintar cari inovasi, gimana mengelola jaringan pemasaran, dan yang lainnya.

Coba bayangkan ketika menjadi produsen, pernah harus menghadapi tantangan dari produksi dan pemasaran sekaligus? Keduanya butuh solusi cepat dan tepat agar bisa bersinergi antara produksi dengan tim pemasaran.

*Enam, PERBANYAK ILMU*.
Ibaratnya, Sebelum terjun berbisnis, Anda sudah punya “senjata” untuk menghadapi semua tantangan. Apapun tantangannya itu. Dari mana pun tantangan itu. 

*Tujuh, tentukan Anda butuh tim pemasaran apa?*
Misalnya, apakah butuh distributor, atau agen, atau reseller, atau hanya butuh marketer saja dulu? 

*Delapan, tentukan apa benefit dan tugas mereka* 
Anda harus buat rancangan, berapa target penjualan yang harus dicapai setiap hari, atau setiap minggu, atau setiap bulan. Seimbangkan dengan berapa keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari setiap penjualan. Anda bisa menyiapkan satu atau beberapa bonus bagi tim pemasaran yang berprestasi sebagai motivasi.

*Sembilan, tentukan jumlah tim* 
Pemasaran yang ingin Anda lakukan. Anda harus punya target sendiri, yaitu ingin punya tim pemasaran berapa orang? Contohnya gini, Anda ingin punya 100 marketer. Artinya, setiap hari melakukan prospek 20 orang per hari, dengan target 2 orang tertarik menjadi marketer. 
Maka, Anda bisa meraih 100 marketer dalam waktu 50 hari. 
Segera buat pengumuman kalau Anda membuka peluang bisnis dengan menjadi tim jaringan pemasaran Anda. Anda bisa memasang di status FB, izin ke admin komunitas bisnis untuk mengumumkan peluang bisnis tersebut, dan lainnya.

Contoh di Indblack punya standart tim pemasaran itu IRT, paham gadget, punya teman FB minimal 1000 orang. 

*Sepuluh, buat kurikulum*. 
Sambil mencari marketer, Anda bisa membuat kurikulum untuk tim pemasaran. Karena setiap hari Anda harus menyiapkan materi untuk pembinaan. 
Antara lain: Hari pertama => kasih product knowledge Hari kedua => pentingnya berteman dengan 10 orang yang baru. Hari ketiga => kasih tips prospek Hari keempat => tanya apa saja masalah di lapangan Hari kelima => training menjawab masalah di lapangan 1 (selalu ditolak saat prospek). Hari keenam => training menjawab masalah di lapangan 2 (edukasi karena dibilang produknya mahal). Dst. 

*Sebelas, buat grup*. 
Langkah terakhir adalah membuat grup sebagai pusat komunitas Anda dengan para tim pemasaran. 

Nah gimana 11 langkah diatas? Semoga bisa menjadi amunisi yang handal ya untuk bisa menjadi seorang produsen. 

See yaa tommorow ... 

Komentar

  1. Wah kebayang ya kalau jadi produsen memang perlu tenaga ekstra juga alias ada yang bantuin. Kalau reseller bisa jadi lebih fokus ke penjualan aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba bener, semua ada beban kelebihan dan kekuranganya ya mba

      Hapus
  2. saya menunngu info yang lain, terima kasih buat infonya. Bisa menambah wawasan saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. masya Alloh ... makasih ya mba

      masih tahap belajar

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2. Mau Jadi Produsen atau Reseller ? (PART II)

Assalamualaikum ... Hai pejuang bloger, apa kabar malam ini ? kembali bersama saya dengan melanjutkan pembahasan kemaren. Wait ... Sebenernya apa sih tujuan saya membuat pembahasan masalah antara produsen dan reseller ? Sekali lagi saya katakan saya bukan ahlinya, adanya blog ini bisa memberikan saya keleluasaan dalam menuangkan ilmu yang saya dapat dan dengan rencana bisnis saya ke depan. So ... dasarnya memang lebih kepada opini saya dan juga sumber ilmu dari beberapa kelas online bisnis yang saya ikuti. Lalu mengapa sih ini menjadi sangat penting buat saya ? Sebagai pelaku bisnis yang mana saya sebagai produsen dan juga reseller, maka saya ingin berbagi pengalaman dan sharing ilmu yang pernah saya dapatkan. Dalam hal ini, tidak hanya menguntungkan buat yang membaca, namun lebih kepada menjaga tekad saya untuk bisa mewujudkan Odys Food sebagai suatu usaha rumahan yang memproduksi jenis makanan beku yang home-made, bebas MSG, bebas pengawet, higenis, sehat dan bisa membuka peluang bua

3. PUSH YOUR LIMIT

Holla pejuang bloger … Masih semangat donk yaaa … Jumpa lagi dengan saya, dalam pembahasan bisnis ala saya. Jika kemaren kita sedikit mengulas reseller dan dropship, diujung tulisan saya, saya sedikit menyinggung agar kita bisa push limit. Sebenarnya apa sih push limit itu ? dan kapan waktu yang tepat kita perlu untuk mengepush limit kita ? Push limit diartikan pemaksaan di batas kemampuan kita, seperti kondisi dimana kita dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu. Waktunya kapan ? yaa tergantung kebutuhan, berikut saya coba paparkan dari apa yang disadur dari group pasukan B Erl Cosmetic. Push yourself because no one else is going to do it for you. Sebagai contoh banyak yang tidak sadar bahwa pandemi Covid-19 mampu mengubah pola hidup sebagian besar manusia. Sebelum virus ini menyebar, kita semua memiliki alasan masing-masing yang dijadikan pembenaran atas kebiasaan yang kita lakukan. Ada yang setiap hari kumpul-kumpul dengan teman-temannya yang tidak baik sehingga ia ter

6. Kekuatan Itu Bernama Mental

Hai pejuang bloger ... Pernah punya pengalaman nekad nggak ? nekad dalam usaha ... maksutnya, tidak ada persiapan khusus, namun mengambil keputusan spontan hanya karena sebagian hati mengatakan ini hal yang patut dicoba, dan sebagian lainnya menguji keberanian melakukan sesuatu yang baru. Itu terjadi sama saya, waktu memutuskan untuk berjualan roti. saya suka roti ... apalagi tinggal makan hahahahah roti itu mengingatkan saya akan masa kecil. duluu banget waktu masih duduk di bangku SD Setiap sore, saya menunggu abang roti lewat dengan mobil bergambar koki memegang roti hangat. dulu cara penjualan roti dengan menjemput bola, masih jarang dititip ke warung atau swalaayan, padahal seingat saya lebih keren seperti saya kecil dulu. mobil roti itu lewat sekitar jam 16.00 lalu sambil membunyikan musik panggilan roti, anak-anak akan segera mendekat, lalu merayu orang tua mereka untuk membeli. hampir setiap hari, tukang roti tahu bahwa daerah perumahan terkenal dengan anak-anak yang bisa membu