Pernah punya pengalaman nekad nggak ?
nekad dalam usaha ...
maksutnya, tidak ada persiapan khusus, namun mengambil keputusan spontan hanya karena sebagian hati mengatakan ini hal yang patut dicoba, dan sebagian lainnya menguji keberanian melakukan sesuatu yang baru.
Itu terjadi sama saya, waktu memutuskan untuk berjualan roti.
saya suka roti ...
apalagi tinggal makan hahahahah
roti itu mengingatkan saya akan masa kecil.
duluu banget waktu masih duduk di bangku SD
Setiap sore, saya menunggu abang roti lewat dengan mobil bergambar koki memegang roti hangat.
dulu cara penjualan roti dengan menjemput bola,
masih jarang dititip ke warung atau swalaayan,
padahal seingat saya lebih keren seperti saya kecil dulu.
mobil roti itu lewat sekitar jam 16.00
lalu sambil membunyikan musik panggilan roti, anak-anak akan segera mendekat,
lalu merayu orang tua mereka untuk membeli.
hampir setiap hari,
tukang roti tahu bahwa daerah perumahan terkenal dengan anak-anak yang bisa membujuk orang tuanya agar mau membeli roti mereka.
setiap sore lewat, dengan bau roti yang sangat harum, terbayang bau susu dan telornya yang sangat kental, membuat rotinya sangat empuk dan tidak tidak seret di tenggorokan.
saya selalu siap duluan, mandi sore lebih dulu dibanding kakak-kakak saya yang masih tidur siang, lalu duduk di teras rumah sambil menunggu suara lagu yang selalu sama setiap sorenya.
jujur saya akui, sebenarnya cara penjualan roti tersebut sangat efektif,
menjemput bola di tempat yang tepat, perumahan yang banyak anak-anaknya.
Lalu mobil tersebut memiliki lemari kaca yang menampakkan berbagai rupa roti.
Terlihat jelas ada yang coklat, ada yang keju, ada yang cream, ada bolu, ada roti tawar, ada roti sobek dan lain sebagainya. Dan yang terpenting "FRESH FROM THE OVEN".
setiap mobil itu lewat membawa wangi yang sangat membuat rindu, hingga sekarangpun saya masih bisa membayangkannya. image mobil itu seakan sudah mendarah daging di masa kecil saya, hingga saat ini saya pun masih sukaa banget makan roti.
maka ketika tahun 2013 saya hijrah ke bontang, lalu diajak adiknya sahabat saya di balikpapan untuk bisa menjadi distributor di bontang, saya lalu menyanggupi, pun suami saya juga langsung menyetujui.
entahlah, tidak ada persiapan apapun, bahkan saya tak bermodalkan apapun, teman saya ini sangat berbaik hati dengan memberikan 100 pcs roti yang saya bawa ke Bontang. Roti teman saya ini bernama Zareta Bakery, saat itu sudah menguasai pasar di balikpapan, penajam dan sekitarnya. lalu ketika kita banyak ngobrol dan ada apeluang untuk mencoba mengembangkan di kota Bontang, akhirnya di hari kami kembali ke bontang, 100 pcs roti sekalian dibawa ke kota bontang.
hati saya sangat senang, bahkan suami sempat mengabadikan beberapa gambar.
karena roti ini berbeda dari roti kebanyakan, maka packagingnya pun tidak bisa ditumpuk.
bentuknya seperti roti cantik yang dijual di kafe. mulai dari bentuk topping dan macamnya.
sehingga membutuhkan beberapa penanganan khusus seperti, memiliki keranjang roti yang tinggi, tidak bisa ditumpuk karena bisa merusak bentuknya yang cantik, dan packagingnya masih persatu-satuan plastik dan tidak menggunakan kotak.
alhamdulillah sampai di bontang dengan kondisi prima dan sempurna.
daya tahan roti itu sekitar 5-6 hari suhu ruangan, maka ketika sampai esok harinya kami mulai beredar mencari tempat yang bisa menerima roti kami.
saat itu anak pertama saya masih berusia TK dan adiknya masih berusia satu tahun.
kendaraan yang kami miliki kendaraan motor, maka ketika esok harinya kami mulai melakukan berjualan, bisa terbayangkan rempongnya membawa tas roti dan 2 anak yang tidak bisa kami tinggal karena tidak ada keluarga yang menjaga di Bontang. kami baru di kota taman tersebut, teman baru satu dua, maka membawa anak-anak adalah keputusan terbaik.
masih ingat dalam memori saya, kynan saya gendong kangguru didepan dada saya, lalu mody duduk di bagian depan. kami memetakan daerah yang kami mudah jangkau terlebih dahulu. dan tergantung waktu kami ngider juga, jika pagi kami bisa agak jauh jangkauannya, namun jika sudah sore maka kami mencari daerah terdekat saja.
setiap toko yang kami lalui, saya awali dengan kalimat pembuka dan penjelasan produk, termasuk kelebihan mengapa harganya cukup mahal dibanding roti lain, bagaimana penempatannya, waktu kami mengambil dan menukar roti yang baru, dan bagaimana pembagian keuntungannya.
hari pertama kami ngider dari 10 toko yang kami jumpai, hanya 2 yang mengijinkan tokonya saya titipkan roti tersebut, hari kedua yaitu hari minggu, kami mencoba ngider lagi kedaerah yang sudah kami tentukan, alhamdulillah ada 2 toko lagi.
namun 100pcs roti harus kami edarkan, mau tidak mau, karena akan basi jika tidak dan mempengaruhi pendapatan, akhirnya di hari senin kami menitipkan ke kantin di kantor teman kami sisa rotinya. Jadi saat itu kami mendapatkan 4 toko masing-masing kami taruh 10 roti, total 40 roti, lalu tester 20 pcs dan 40 pcs kami titipkan di kantin kantor teman kami. alhamdulillah pada hari senin 100 roti sudah kami edarkan.
Di weekend, hari Jumat roti baru akan datang dari balikpapan, lalu hari sabtu dan minggu, kami ngider lagi untuk mengambil roti sisa dan menaruhnya yang baru. alhamdulillah minggu pertama jumlah roti retur sangat sedikit. hanya bekisar 30 roti.
makin minggu alhamdulillah toko kami bertambah, hingga akhirnya kami berhasil mengumpulkan 30 toko dalam rentang waktu 2 bulan.
apakah semudah itu ? tentu tidak, saya mendapatkan banyak penolakan, bahkan roti yang saya bawa dibilang kemahalan, kebanyakan gaya, dan tidak murah. sampai-sampai dibandingkan roti yang murah tapi jauh kualitas dan rupanya dari roti yang saya bawa, okeh saya tidak masalah, setiap orang punya pendapatnya sendiri-sendiri.
yang membuat saya sakit hati itu justru bukan saat menawarkan di awal, bukan saat saya meminta agar roti saya diterima, saya akhirnya terbiasa diusir, dibilang minta sumbangan, dan dimarahin.
itu semua saya telan mentah-mentah, hingga memperngaruhi mood saya, beruntung saya punya suami yang sangat peduli dan selalu memotivasi saya. kami mencoba menjual roti bukan hanya untuk dapat tambahan penghasilan.
saat itu anak saya yang kedua masih bayi, kalau saya lebih mau memilih ya mending di rumah saja, tidak perlu jualan, ngider siang-siang hingga kepanasan, kadang ban motor bocor dan selalu mendapat cemooh orang.
saya hanya mau ilmunya, walaupun bisa menangis sampai bengkak ini mata, tapi setidaknya saya tahu bagaimana rasanya berjuang dari nol, dan akan selalu saya ingat perjuangan itu.
namun yang membuat saya lebih sakit hati adalah, saat saya akan menukar roti, lalu roti saya disembunyikan, tidak dipajang didepan, padahal masih bagus dan alasan mereka rotinya sudah berjamur, saya coba meneliti dan memakannya, kami mengambil sehari sebelum roti expired, ternyata masih enak.
ibu yang punya toko bahkan memarahi saya,
bilang kalau saya tidak usah taruh roti lagi, ya sudah saya terima, mau apa lagi,
tapi saat saya mengambil bayaran 2 roti yang terjual, mba kasir berusaha memberitahu pekan-pelan.
sebenernya roti yang saya taruh sudah sejak awal ditaruh dibelakang, ibu yang punya toko mendapatkan tambahan dari roti merk A agar roti saya disembunyikan dibelakang, biar tidak laku.
Ya Alloh ... ternyata dalam prakteknya tak luput dari politik juga ya ... ya sudah saya hanya berterima kasih pada mba kasir yang mau menjelaskan, mungkin dia kasihan dengan saya.
bulan ke tujuh, saat bulan puasa ramadan akan tiba, dari balikpapan mnegirim kabar, bahwa produk menjadi kue kering, roti sementara dicabut, dan tidak lanjut distribusi ke bontang, saya memaklumi, karena memang ongkir yang terlampau mahal. sehingga bulan ke 7 itu alhamdulillah saya berhasil mendapatkan 50 toko, namun harus saya tutup karena memang permintaan dari produsen di balikpapan.
saya gulung tikar? tentu tidak ilmunya yang saya cari,
saya bersyukur pernah terjun langsung berjualan roti, setelah dulu bisa menjual panci dan telpon touch screean, baca di link sebelumnya
alhamdulillah saya menemukan kekuatan,
kekuatan itu bernama mental !
dan itu nahal sekali harganya,
saya yakin akan berguna di masa datang kehidupan saya.
sekian dari saya,
hanya ingin berbagi ...
makasih ya ...
Alhamdulillah Mom setrong ini eeh saya juga pernah jualan roti looh tos aah :)
BalasHapusMasya Allah, mengetahui lika liku pedagang jadi semakin meyakinkan saya, kalau ada temen jualan itu belilah. Saya juga mengalami enak gak enaknya jualan, tapi pas masa saya MLM. Skrg si jual buku aja. Hehe
BalasHapusBener Mbak Ietha mental yang kuat sangat diperlukan dalam berdagang. Saya juga sedari kecil dilatih ortu gak minder berjualan, meski jalan rezekinya malag bukan jd pedagan. Tp mental yg kuat itu sangat berguna di bidang apa saja
BalasHapusAlhamdulillah sdh dpt pengalaman dan mental jadi makin kuat. Rezeki tak ternilai itu, apalgi yg namanya berdagang, butuh mental yg sangat kuat Dan tahan Banting. Salut dg pengalaman ya Mbak.
BalasHapusWaah aku baru tahu, tyt dalam dunia bisnis juga ada sprt itu yaa... Semnagat mba Ietha sayang, INSYA allah terbuka pintu rezeki dari pintu2 lainnya. Aamiin
BalasHapus