Langsung ke konten utama

4. KEMAUAN



Malam pejuang bloger …

Percaya nggak ?

Kalau kata MAU itu bisa jadi kunci untuk pembuka kemauanmu.

Untuk masalah kebaikan saja, jika tidak ada kemauan, akan hanya jadi sebuah amalan yang biasa, dikerjakan sekali-kali, dikerjakan jika butuh, atau yang parah dikerjakan jika sudah kepepet.

Tapi Alloh, Tuhan YME itu Maha baik, selalu memberi banyak kesempatan pada manusia, walaupun manusia mencariNya hanya jika ingat, bahkan ketika kepepet baru jor-joran beribadah agar doanya dikabulkan, hajatnya dilancarkan dan usahanya di barokahkan.

Nah setelah MAU, lalu yang sulit itu konsisten menjalaninya. Hayoo cung berapa banyak sih yang awalnya semangat banget tetiba ditengah jalan mundur, bilang nggak sanggup, bilang bukan passionnya, bilang kalau ternyata nggak cocok.

Lalu salah gitu ? eits jangan buru-buru sewot dulu say…

Saya pernah juga kok ngalaminnya, ikut suatu event ternyata diluar ekspektasi saya. bahkan saya kecewa. Saya mau cerita dikit boleh ya .. kalau pun nanti jika kepanjangan mohon maaf ya …

So tahun 2006 setelah saya selesai kuliah, saya kembali ke kota kelahiran saya di Balikpapan, dengan menyandang lulusan S1 teknik Industri, saya bukannya pede ke perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota minyak ini, padahal ada banyak perusahaan oil and gas yang bisa menjadi peluang saya memasukkan lamaran, bahkan babe saya adalah karyawan di salah satu perusahaan minyak besar di kota tersebut.

Babe pernah menawarkan untuk bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dengan beliau, babe banyak relasi kerja di beberapa perusahaan tersebut, tapi saya menolaknya, duhhh gaya amat yaa.. ya begitulah kemauan yang keras untuk bisa mencari sendiri pekerjaan di umur saya 23 tahun saat itu membuat babe menyerah untuk menawarkan pekerjaan yang sesuai dengan background kelulusan saya.

Apalagi saya S1 tentu harapan babe ingin sekali saya segera kerja dikantoran seperti anak-anak temannya yang sudah sukses di perusahaan minyak.

Saya malah terjun dalam pekerjaan yang belum pernah saya geluti, yaitu marketing.

Jangan bayangkan marketing di kantoran ya, duduk manis di kantor lalu mengerjakan pekerjaan dengan riang, ruangan ber AC, dapat kotakan makan siang atau katering, ada coffe break dan camilan yang banyak.

Kantor tempat saya bekerja Cuma sebuah ruangan luas seperti aula, dengan dua sekat ruangan, dan satu kamar mandi. Ruangan yang bersekat itu satu ruangan bos, dan satunya ruangan inventory merangkap gudang.

Produk perusahaan itu macam-macam, ada telpon touch screen (saat itu lagi booming banget loh), ada panci teflon, ada panci presto dll … setiap pagi kami akan berkumpul pukul 7 pagi dan mendapatkan banyak amunisi dengan sorak sorai yang berseru semangat dan motivasi dari leader kami, di ujung session sebelum berakhir akan ada kalimat penutup dari bos besar.

Entah kenapa saya sangat tertarik,

Saya sepertinya adalah type orang yang kalau udah dipacu semangatnya jadi nggak bisa rasional melihat suatu peluang, saya sangking suka sama ucapan motivasi, seruan yel-yel semangat, seperti melihat bahwa ini peluang saya, ini adalah pekerjaan saya.

Padahal kalau sekarang saya pikir, saya akui saya terdoktrin dengan rutinitas pagi yang saling memberi yel-yel semangat. Dasar saya, tak pikir panjang jual apa, nanti gimana jualannya, lalu apa yang akan saya dapat. Bahaya banget kan ? saya hanya terpaku pada pacuan semangat dan motivasi yang diberikan setiap pagi.

Lalu setelah saya tahu saya harus melakukan apa, menjual produknya gimana, tak juga menyurutkan semangat saya, batin saya bicara, okeh saya sanggup kok, kan ini katanya belajar menjadi manager untuk diri sendiri. Lalu dengan dikawal leader terjunlah saya di lapangan.

Jangan bayangkan terjun lapangannya seperti perempuan keren yang meninjau projek di lapangan, hahahaha saya setiap hari menggunakan atasan putih dan bawahan hitam. Setiap hari itulah seragam saya,  jadi rulenya begini :

-          Pagi hari setiap jam 7 pagi, session yel-yel dan saling memberi motivasi dan semangat. Disini akan ada beberapa permainan, tukar pikiran, laporan para leader tentang anak buahnya dan penyambutan bagi karyawan baru. Saya masih inget banget saat penyambutan saya, meriahhh sekai, saya tidak kenal dengan orang-orangnya, namun saya merasa seperti diutamakan dan disambut hangat. Tak ada perasaan was-was dalam diri saya, saya malah merasa aman.

-          Setelah session pagi, sekitar jam 9 pagi kami diajak makan oleh leader kami, wait … bukan makan di kantin kantor ya, tapi di warung sebelah kantor, warung sederhana yang menjual sarapan pagi.

-          Setelah sarapan yang dibayar oleh masing-masing leader, kemudian kami diberi barang yang harus dibawa untuk bisa dibawa … dan dijual… waktu itu saya dapat telepon rumah yang touch screean, duhh mewah donk ya, maka saya bangga membawanya, masing-masig tangan saya membawa kotak yang berukuran seperti ukuran kotak mie instan.

-          Door to door begitu istilahnya, ditemani leader kami, kami menawarkan dari satu pintu ke pintu lainnya, terkadang saya ditolak, bahkan baru saja membuka pintu ehhh sudah diusir, dibilang minta sumbangan, dibilang nggak butuh sales datang. Tapi ada juga yang menerima saya bahkan mempersilahkan saya masuk dan memberi minuman, makanan.

-          Setelah seharian keliling di daerah yang sudah di spot oleh leader, door to door, kami kembali ke kantor sekitar pukul 17.00, dan menyerahkan barang dagangan kami jika tidak laku, tapi jika berhasil menjualkan maka untuk per satu barang akan dihargai jerih payah kami sebesar 50.000. maka hari pertama saya ngider saya belum berjasil menjualkan, sehingga hanya mendapat ucapan terima kasih hahahhaah

-          Setelah itu baru pulang dan sampai rumah biasanya sekitar pukul 19.30. 

        Begitu berhari-hari, jam kerja dari hari senin sampai jumat, sabtu diajak keluar kota dan minggu libur.    Saya sempat mengikuti, bahkan menekuni pekerjaan ini sekitar 3 minggu. Hingga akhirnya saYA tersadar dan merasa dibodohi dan dibohongin.

Ini adalah pengalaman saya pribadi, pendapat saya pribadi, tidak menjelekkan perusahaan tersebut.

Saya akhirnya berhenti karena nbeda prinsip. Jadi jika saat session pagi yang paling sering digaungkan adalah menjadi manager bagi diri sendiri, menegaskan bahwa kita bukan sales, dan mereka mengklaim bahwa prinsip mereka mereka bukan jualan.

Saya harusnya bisa rasional menilai ini, tapi yang terjadi ?

Saya perlu disadarkan di lapangan dulu kalau apa yang menjadi prinsip mereka tidaklah sama dengan yang dipraktekkan di lapangan. Teori adalah teori begitu kira-kira.

Maka saat saya akhirnya bisa berhasil mendapatkan pembeli di minggu ke dua, dan saya senang sekali saat itu, saya tidak lagi membawa telepon rumah touch screen, saya lalu disuruh membawa panci. Sampai sini saya semapt merasa ragu.

Terpikirlah di saya, bukannya ini berarti nyeles ya ? loh gpp donk ? apa salahnya ? sales juga pekerjaan halal selama syariatnya sesuai. Tapi … mengapa di session pagi dibilang kalau bukan sales ? berkecamuk pertanyaan dalam pikiran saya. setiap saya tanyakan ke leader saya, mereka bilang kita ini manajer buat diri sendiri, belajarnya di lapangan, di customer.

Hingga akhirnya saat saya berkeliling tanpa leader dan ditemani satu wakil leader, sambil membawa panci kemana-mana, disitulah saya tersadar, teman saya itu bilang, udahhh di kasih murah aja biar cepet laku, saya heran, lalu saya bilang dengan bodohnya, loh kan kita bukan sales, nggak boleh menawar dan mengurangi harga kataku.

Teman saya itu tertawa , dan lalu bilang “namanya bawa barang, nawarin ke orang itu sales thaaaa,kamu tuh lugu banget sih” saya seakan tertampar, seakan kata-kata motivasi pagi yang mendoktri pikiran dan tubuh saya, akhirnya terlepas.

Ya Alloh .. ini sudah jawaban doa babe, babe selalu keberatan saya kerja door to door gini, tapi karena keinginan saya keras, babe mengikuti amu saya. ini pula pelajaran berharga saya tentang arti MAU yang sebenarnya.

MAU bisa jadi kunci peluang keberhasilan kita, dengan syarat :

-                                     - Realistis dan jelas peraturannya

                                      - Hasil atau outputnya jelas

-                                   - Hak dan kewajiban kita jelas

-                                  - Sistemnya jelas


Berkaca dari pengalaman inilah, arti MAU pada diri saya sudah naik tingkat seribu level.

Tidak pernah saya sesali, saya malah bersyukur dan menjadi lebih aware. Inilah cerita saya yang berawal dari MAU lalu saya kecewa dan mengundurkan diri.

Saya merasa dibohongin dengan doktrin-doktrin mereka, ahhh mungkin sayanya aja kali ya yang terlalu polos dan menelan mentah-mentah.

Esok akan ada cerita lain … yang pastinya akan mengerucut pada perjuangan bisnis.

Selamat malam dear .. selamat istirahat

Komentar

  1. Kata orang bijak, there's a will there's a way, trus Maher Zein juga bilang insyaAllay you'll find the way hehe... semangat!

    BalasHapus
  2. kata peribahasa inggris : where there is a will, there is a way. eh sama komennya sama mb nurhilmiyah hehe. akan ada harapan disetiap kemauan yang kuat, itu menurut ku

    BalasHapus
  3. Selalu ada jalan menuju roma, hahaha. Saya selalu memakai itu untuk menegaskan banyak jalan untuk menuju impian, jika ada kemauan. Semangat ya, mba. Semoga mimpi-mimpinya bisa tercapai, aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2. Mau Jadi Produsen atau Reseller ? (PART II)

Assalamualaikum ... Hai pejuang bloger, apa kabar malam ini ? kembali bersama saya dengan melanjutkan pembahasan kemaren. Wait ... Sebenernya apa sih tujuan saya membuat pembahasan masalah antara produsen dan reseller ? Sekali lagi saya katakan saya bukan ahlinya, adanya blog ini bisa memberikan saya keleluasaan dalam menuangkan ilmu yang saya dapat dan dengan rencana bisnis saya ke depan. So ... dasarnya memang lebih kepada opini saya dan juga sumber ilmu dari beberapa kelas online bisnis yang saya ikuti. Lalu mengapa sih ini menjadi sangat penting buat saya ? Sebagai pelaku bisnis yang mana saya sebagai produsen dan juga reseller, maka saya ingin berbagi pengalaman dan sharing ilmu yang pernah saya dapatkan. Dalam hal ini, tidak hanya menguntungkan buat yang membaca, namun lebih kepada menjaga tekad saya untuk bisa mewujudkan Odys Food sebagai suatu usaha rumahan yang memproduksi jenis makanan beku yang home-made, bebas MSG, bebas pengawet, higenis, sehat dan bisa membuka peluang bua

3. PUSH YOUR LIMIT

Holla pejuang bloger … Masih semangat donk yaaa … Jumpa lagi dengan saya, dalam pembahasan bisnis ala saya. Jika kemaren kita sedikit mengulas reseller dan dropship, diujung tulisan saya, saya sedikit menyinggung agar kita bisa push limit. Sebenarnya apa sih push limit itu ? dan kapan waktu yang tepat kita perlu untuk mengepush limit kita ? Push limit diartikan pemaksaan di batas kemampuan kita, seperti kondisi dimana kita dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu. Waktunya kapan ? yaa tergantung kebutuhan, berikut saya coba paparkan dari apa yang disadur dari group pasukan B Erl Cosmetic. Push yourself because no one else is going to do it for you. Sebagai contoh banyak yang tidak sadar bahwa pandemi Covid-19 mampu mengubah pola hidup sebagian besar manusia. Sebelum virus ini menyebar, kita semua memiliki alasan masing-masing yang dijadikan pembenaran atas kebiasaan yang kita lakukan. Ada yang setiap hari kumpul-kumpul dengan teman-temannya yang tidak baik sehingga ia ter

6. Kekuatan Itu Bernama Mental

Hai pejuang bloger ... Pernah punya pengalaman nekad nggak ? nekad dalam usaha ... maksutnya, tidak ada persiapan khusus, namun mengambil keputusan spontan hanya karena sebagian hati mengatakan ini hal yang patut dicoba, dan sebagian lainnya menguji keberanian melakukan sesuatu yang baru. Itu terjadi sama saya, waktu memutuskan untuk berjualan roti. saya suka roti ... apalagi tinggal makan hahahahah roti itu mengingatkan saya akan masa kecil. duluu banget waktu masih duduk di bangku SD Setiap sore, saya menunggu abang roti lewat dengan mobil bergambar koki memegang roti hangat. dulu cara penjualan roti dengan menjemput bola, masih jarang dititip ke warung atau swalaayan, padahal seingat saya lebih keren seperti saya kecil dulu. mobil roti itu lewat sekitar jam 16.00 lalu sambil membunyikan musik panggilan roti, anak-anak akan segera mendekat, lalu merayu orang tua mereka untuk membeli. hampir setiap hari, tukang roti tahu bahwa daerah perumahan terkenal dengan anak-anak yang bisa membu