Malam pejuang bloger …
Percaya nggak ?
Kalau kata MAU itu bisa jadi kunci untuk pembuka kemauanmu.
Untuk masalah kebaikan saja, jika tidak ada kemauan, akan
hanya jadi sebuah amalan yang biasa, dikerjakan sekali-kali, dikerjakan jika
butuh, atau yang parah dikerjakan jika sudah kepepet.
Tapi Alloh, Tuhan YME itu Maha baik, selalu memberi banyak
kesempatan pada manusia, walaupun manusia mencariNya hanya jika ingat, bahkan
ketika kepepet baru jor-joran beribadah agar doanya dikabulkan, hajatnya
dilancarkan dan usahanya di barokahkan.
Nah setelah MAU, lalu yang sulit itu konsisten menjalaninya.
Hayoo cung berapa banyak sih yang awalnya semangat banget tetiba ditengah jalan
mundur, bilang nggak sanggup, bilang bukan passionnya, bilang kalau ternyata
nggak cocok.
Lalu salah gitu ? eits jangan buru-buru sewot dulu say…
Saya pernah juga kok ngalaminnya, ikut suatu event ternyata
diluar ekspektasi saya. bahkan saya kecewa. Saya mau cerita dikit boleh ya ..
kalau pun nanti jika kepanjangan mohon maaf ya …
So tahun 2006 setelah saya selesai kuliah, saya kembali ke
kota kelahiran saya di Balikpapan, dengan menyandang lulusan S1 teknik
Industri, saya bukannya pede ke perusahaan-perusahaan besar yang ada di kota
minyak ini, padahal ada banyak perusahaan oil and gas yang bisa menjadi peluang
saya memasukkan lamaran, bahkan babe saya adalah karyawan di salah satu
perusahaan minyak besar di kota tersebut.
Babe pernah menawarkan untuk bekerja di perusahaan yang
bergerak di bidang yang sama dengan beliau, babe banyak relasi kerja di
beberapa perusahaan tersebut, tapi saya menolaknya, duhhh gaya amat yaa.. ya
begitulah kemauan yang keras untuk bisa mencari sendiri pekerjaan di umur saya
23 tahun saat itu membuat babe menyerah untuk menawarkan pekerjaan yang sesuai
dengan background kelulusan saya.
Apalagi saya S1 tentu harapan babe ingin sekali saya segera
kerja dikantoran seperti anak-anak temannya yang sudah sukses di perusahaan minyak.
Saya malah terjun dalam pekerjaan yang belum pernah saya
geluti, yaitu marketing.
Jangan bayangkan marketing di kantoran ya, duduk manis di
kantor lalu mengerjakan pekerjaan dengan riang, ruangan ber AC, dapat kotakan
makan siang atau katering, ada coffe break dan camilan yang banyak.
Kantor tempat saya bekerja Cuma sebuah ruangan luas seperti
aula, dengan dua sekat ruangan, dan satu kamar mandi. Ruangan yang bersekat itu
satu ruangan bos, dan satunya ruangan inventory merangkap gudang.
Produk perusahaan itu macam-macam, ada telpon touch screen
(saat itu lagi booming banget loh), ada panci teflon, ada panci presto dll …
setiap pagi kami akan berkumpul pukul 7 pagi dan mendapatkan banyak amunisi
dengan sorak sorai yang berseru semangat dan motivasi dari leader kami, di
ujung session sebelum berakhir akan ada kalimat penutup dari bos besar.
Entah kenapa saya sangat tertarik,
Saya sepertinya adalah type orang yang kalau udah dipacu
semangatnya jadi nggak bisa rasional melihat suatu peluang, saya sangking suka
sama ucapan motivasi, seruan yel-yel semangat, seperti melihat bahwa ini
peluang saya, ini adalah pekerjaan saya.
Padahal kalau sekarang saya pikir, saya akui saya terdoktrin
dengan rutinitas pagi yang saling memberi yel-yel semangat. Dasar saya, tak
pikir panjang jual apa, nanti gimana jualannya, lalu apa yang akan saya dapat. Bahaya
banget kan ? saya hanya terpaku pada pacuan semangat dan motivasi yang
diberikan setiap pagi.
Lalu setelah saya tahu saya harus melakukan apa, menjual
produknya gimana, tak juga menyurutkan semangat saya, batin saya bicara, okeh
saya sanggup kok, kan ini katanya belajar menjadi manager untuk diri sendiri. Lalu
dengan dikawal leader terjunlah saya di lapangan.
Jangan bayangkan terjun lapangannya seperti perempuan keren
yang meninjau projek di lapangan, hahahaha saya setiap hari menggunakan atasan
putih dan bawahan hitam. Setiap hari itulah seragam saya, jadi rulenya begini :
-
Pagi hari setiap jam 7 pagi, session yel-yel dan
saling memberi motivasi dan semangat. Disini akan ada beberapa permainan, tukar
pikiran, laporan para leader tentang anak buahnya dan penyambutan bagi karyawan
baru. Saya masih inget banget saat penyambutan saya, meriahhh sekai, saya tidak
kenal dengan orang-orangnya, namun saya merasa seperti diutamakan dan disambut
hangat. Tak ada perasaan was-was dalam diri saya, saya malah merasa aman.
-
Setelah session pagi, sekitar jam 9 pagi kami
diajak makan oleh leader kami, wait … bukan makan di kantin kantor ya, tapi di
warung sebelah kantor, warung sederhana yang menjual sarapan pagi.
-
Setelah sarapan yang dibayar oleh masing-masing
leader, kemudian kami diberi barang yang harus dibawa untuk bisa dibawa … dan
dijual… waktu itu saya dapat telepon rumah yang touch screean, duhh mewah donk
ya, maka saya bangga membawanya, masing-masig tangan saya membawa kotak yang
berukuran seperti ukuran kotak mie instan.
-
Door to door begitu istilahnya, ditemani leader
kami, kami menawarkan dari satu pintu ke pintu lainnya, terkadang saya ditolak,
bahkan baru saja membuka pintu ehhh sudah diusir, dibilang minta sumbangan,
dibilang nggak butuh sales datang. Tapi ada juga yang menerima saya bahkan
mempersilahkan saya masuk dan memberi minuman, makanan.
-
Setelah seharian keliling di daerah yang sudah
di spot oleh leader, door to door, kami kembali ke kantor sekitar pukul 17.00,
dan menyerahkan barang dagangan kami jika tidak laku, tapi jika berhasil
menjualkan maka untuk per satu barang akan dihargai jerih payah kami sebesar
50.000. maka hari pertama saya ngider saya belum berjasil menjualkan, sehingga
hanya mendapat ucapan terima kasih hahahhaah
- Setelah itu baru pulang dan sampai rumah biasanya sekitar pukul 19.30.
Begitu berhari-hari, jam kerja dari hari senin sampai jumat, sabtu diajak keluar kota dan minggu libur. Saya sempat mengikuti, bahkan menekuni pekerjaan ini sekitar 3 minggu. Hingga akhirnya saYA tersadar dan merasa dibodohi dan dibohongin.
Ini adalah pengalaman saya
pribadi, pendapat saya pribadi, tidak menjelekkan perusahaan tersebut.
Saya akhirnya berhenti karena
nbeda prinsip. Jadi jika saat session pagi yang paling sering digaungkan adalah
menjadi manager bagi diri sendiri, menegaskan bahwa kita bukan sales, dan
mereka mengklaim bahwa prinsip mereka mereka bukan jualan.
Saya harusnya bisa rasional
menilai ini, tapi yang terjadi ?
Saya perlu disadarkan di lapangan
dulu kalau apa yang menjadi prinsip mereka tidaklah sama dengan yang
dipraktekkan di lapangan. Teori adalah teori begitu kira-kira.
Maka saat saya akhirnya bisa
berhasil mendapatkan pembeli di minggu ke dua, dan saya senang sekali saat itu,
saya tidak lagi membawa telepon rumah touch screen, saya lalu disuruh membawa
panci. Sampai sini saya semapt merasa ragu.
Terpikirlah di saya, bukannya ini
berarti nyeles ya ? loh gpp donk ? apa salahnya ? sales juga pekerjaan halal
selama syariatnya sesuai. Tapi … mengapa di session pagi dibilang kalau bukan
sales ? berkecamuk pertanyaan dalam pikiran saya. setiap saya tanyakan ke
leader saya, mereka bilang kita ini manajer buat diri sendiri, belajarnya di
lapangan, di customer.
Hingga akhirnya saat saya
berkeliling tanpa leader dan ditemani satu wakil leader, sambil membawa panci
kemana-mana, disitulah saya tersadar, teman saya itu bilang, udahhh di kasih
murah aja biar cepet laku, saya heran, lalu saya bilang dengan bodohnya, loh
kan kita bukan sales, nggak boleh menawar dan mengurangi harga kataku.
Teman saya itu tertawa , dan lalu
bilang “namanya bawa barang, nawarin ke orang itu sales thaaaa,kamu tuh lugu
banget sih” saya seakan tertampar, seakan kata-kata motivasi pagi yang
mendoktri pikiran dan tubuh saya, akhirnya terlepas.
Ya Alloh .. ini sudah jawaban doa
babe, babe selalu keberatan saya kerja door to door gini, tapi karena keinginan
saya keras, babe mengikuti amu saya. ini pula pelajaran berharga saya tentang
arti MAU yang sebenarnya.
MAU bisa jadi kunci peluang
keberhasilan kita, dengan syarat :
- - Realistis dan jelas peraturannya
- Hasil atau outputnya jelas
- - Hak dan kewajiban kita jelas
- - Sistemnya jelas
Berkaca dari pengalaman inilah,
arti MAU pada diri saya sudah naik tingkat seribu level.
Tidak pernah saya sesali, saya
malah bersyukur dan menjadi lebih aware. Inilah cerita saya yang berawal dari
MAU lalu saya kecewa dan mengundurkan diri.
Saya merasa dibohongin dengan
doktrin-doktrin mereka, ahhh mungkin sayanya aja kali ya yang terlalu polos dan
menelan mentah-mentah.
Esok akan ada cerita lain … yang
pastinya akan mengerucut pada perjuangan bisnis.
Selamat malam dear .. selamat istirahat
Kata orang bijak, there's a will there's a way, trus Maher Zein juga bilang insyaAllay you'll find the way hehe... semangat!
BalasHapusyups ... semangat !!!
Hapuskata peribahasa inggris : where there is a will, there is a way. eh sama komennya sama mb nurhilmiyah hehe. akan ada harapan disetiap kemauan yang kuat, itu menurut ku
BalasHapusaamiin .. makasih ya
HapusSelalu ada jalan menuju roma, hahaha. Saya selalu memakai itu untuk menegaskan banyak jalan untuk menuju impian, jika ada kemauan. Semangat ya, mba. Semoga mimpi-mimpinya bisa tercapai, aamiin
BalasHapusaamiin.. makasih ya
Hapus