Langsung ke konten utama

Paham dan Kenali Emosi Sejak Dini

 



Masih dalam satu momen di postingan saya sebelumnya (klik link Mental Health ) yaitu saat saya menghadiri seminar parenting, selain membahas Inner Child untuk kestabilan dan kesehatan mental orang tua.

Saat itu yang menjadi salah satu variabel pembahasan adalah mengenal emosi.

Apa sih emosi itu?

Mengapa harus dipahami dan diaplikasikan dengan benar sejak dini?

Yup! pembahasan kali ini serius yak ☺

So, sebelum membahas itu, saya mau cerita dulu. saya tuh orangnya suka anak-anak. sejak saya duduk di bangku kuliah, saya mulai dekat dengan anak-anak, mudah jatuh cinta kepada mereka karena sepertinya mereka nyaman dengan saya, padahal saya termasuk galak loh.

Saat itu buat saya anak-anak itu media saya untuk belajar. Belajar memahami bahasa mereka, belajar sabar menunggu apa yang akan mereka katakan, dan belajar untuk welas asih dengan mereka.

Anak adalah peniru ulang, apapun kejadiannya baik ataupun tidak, orangtua berkewajiban untuk memberikan contoh terus menerus, tidak hanya sekali dua kali.

lalu apa hubungannya dengan emosi?

Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. emosi dapat ditujukan ketika merasa senang, marah pada seseorang ataupun takut akan sesuatu.

Kembali ke seminar parenting tadi ya, 

kami peserta diberi contoh, kejadian apa saja yang membuat anak memunculkan emosinya, seperti marah, sedih, bahagia, lucu dll dan langsung praktek. contohnya :

1. Saat anak menangis.

Sikap yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah: 

- Memberikan bahu agar mau bersandar

- Ketika sudah tenang, hapus air matanya dan katakan "Apa yang membuatmu menangis?"

-Dari jawabannya, akan tersirat isi hatinya walaupun sebentar.

- Tanyakan apa yang membuat ia menangis?

- Ketika ia sudah menyebutkan sebabnya, pertanyaannya selanjutnya orangtua berbuat apa? apakah dengan bertanya "Siapa yang buat kamu menangis?" ❌ ternyata salah.

2. Saat anak berteriak

- Peringatkan agar ia bisa menjaga sikap dengan tidak berteriak.

- cari sebabnya

- setelah reda apakah langsung menanyakan apa yang membuatnya berteriak? ❌

3. Saat anak marah

- dengarkan dahulu marahnya

- beri waktu sendiri untuknya

- tanyakan apa yang membuatnya marah? ❌

dari tiga contoh kondisi tadi, mengapa di silang merah?

Banyak orangtua mendahulukan hasil dibanding prosesnya, terbiasa tak menanyakan apa perasaan mereka, apalagi mau mengakui perasaan mereka, kenalkan apa yang mereka rasakan, maka seharusnya yang paling tepat dilakukan oleh orangtua adalah :

1. Tanyakan "Bagaimana perasaanmu, nak?"

2. Akui emosi anak dengan bicara "Ooo kamu marah", "Oo kamu sedih ya?", "Oo caramu bertanya dengan beteriak?"

3. Kenalkan emosi mereka, dengan berkata:

- "mamah tau kamu marah, nggak enak ya di bagaian sini (menunjuk dada) sesek y?"

- "Papah lihat kamu sedih, air matamu jatuh di pipi." 

- "Teriakanmu malah bikin kamu lelah"

4. Berikan apresiasi dan solusi untuk emosi mereka, seperti 

- "Rasanya pasti nggak nyaman saat marah sambil berdiri, gimana kalau kita duduk dulu?"

- "Pasti kamu merasa kehilangan banget ya, itu kan pensil kesayanganmu, bagaimana jika kita membeli pensil yang serupa dan kita tukar kepada temanmu? siapa tahu dia lebih tertarik pensil baru."

-"Daripada ngos-ngosan karena berteriak, coba kamu bisikkan ide cemerlangmu itu."

5. Lakukan dengan tulus.

Anak-anak sangat peka jika orangtua terburu-buru menyelesaikan masalah bahkan tidak tulus. mereka akan merasa emosi mereka tidak teesalurkan dengan baik, bahkan parahnya mereka tidak mengenali emosi mereka, sehingga mereka menjadi pribadi yang menjengkelkan buat orang lain, egois, tidak punya empati, tidak peka bahkan emosinya meledak-ledak.

So, Penerapan pengenalan emosi sejak dini kepada anak, tentu akan banyak membantu anak menemukan solusi dari masalah hidupnya di masa depan, emosinya bisa terkontrol dan tepat ekspresi.

Jadi mengenal emosi menurut versi saya adalah harus dilakukan sejak dini, agar anak dapat tenang jiwanya dan tidak salah berekspresi.

Jangan lupa dipraktekan ya 😉

Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 days writing challenge sahabat hosting

#30dayswritingchallengesahabathosting




Komentar

Postingan populer dari blog ini

3. PUSH YOUR LIMIT

Holla pejuang bloger … Masih semangat donk yaaa … Jumpa lagi dengan saya, dalam pembahasan bisnis ala saya. Jika kemaren kita sedikit mengulas reseller dan dropship, diujung tulisan saya, saya sedikit menyinggung agar kita bisa push limit. Sebenarnya apa sih push limit itu ? dan kapan waktu yang tepat kita perlu untuk mengepush limit kita ? Push limit diartikan pemaksaan di batas kemampuan kita, seperti kondisi dimana kita dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu. Waktunya kapan ? yaa tergantung kebutuhan, berikut saya coba paparkan dari apa yang disadur dari group pasukan B Erl Cosmetic. Push yourself because no one else is going to do it for you. Sebagai contoh banyak yang tidak sadar bahwa pandemi Covid-19 mampu mengubah pola hidup sebagian besar manusia. Sebelum virus ini menyebar, kita semua memiliki alasan masing-masing yang dijadikan pembenaran atas kebiasaan yang kita lakukan. Ada yang setiap hari kumpul-kumpul dengan teman-temannya yang tidak baik sehingga ia ter...

Pentingnya Self Empowerment bagi Peran Perempuan untuk Bangkit dari Masa Pandemi

  (sumber gambar: Google.com) Penulis: Miftahul Jannah Perempuan memiliki kelebihan dapat melakukan pekerjaan yang berbeda dalam satu waktu yang bersamaan (Multi Tasking) apalagi di tengah carut marut kondisi pandemi, sejak awal hingga saat ini, peran perempuan dalam menjaga kestabilan kondisi dalam keluarga memegang peranan penting. Mulai dari menemani anak-anak belajar dengan sistem Pelajaran Jarak Jauh (PJJ), lalu jika ia seorang wirausaha maka ia tetap harus memikirkan kelancaran usahanya. Jika ia adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan, maka ia harus tetap menghadiri meeting, mengambil keputusan dan menyelesaikan tugas kantor. Belum lagi, jika suami yang sejak awal pandemi bekerja di rumah (WFH), atau bahkan terkena pengurangan karyawan (PHK), maka jelas hal ini akan ikut memberikan efek stres pada perempuan karena harus menjaga kondisi rumah setiap harinya untuk tetap nyaman, kondusif, sehat secara keuangan, dan menjadi garda terdepan untuk menjaga protokol kesehatan dal...

2. Mau Jadi Produsen atau Reseller ? (PART II)

Assalamualaikum ... Hai pejuang bloger, apa kabar malam ini ? kembali bersama saya dengan melanjutkan pembahasan kemaren. Wait ... Sebenernya apa sih tujuan saya membuat pembahasan masalah antara produsen dan reseller ? Sekali lagi saya katakan saya bukan ahlinya, adanya blog ini bisa memberikan saya keleluasaan dalam menuangkan ilmu yang saya dapat dan dengan rencana bisnis saya ke depan. So ... dasarnya memang lebih kepada opini saya dan juga sumber ilmu dari beberapa kelas online bisnis yang saya ikuti. Lalu mengapa sih ini menjadi sangat penting buat saya ? Sebagai pelaku bisnis yang mana saya sebagai produsen dan juga reseller, maka saya ingin berbagi pengalaman dan sharing ilmu yang pernah saya dapatkan. Dalam hal ini, tidak hanya menguntungkan buat yang membaca, namun lebih kepada menjaga tekad saya untuk bisa mewujudkan Odys Food sebagai suatu usaha rumahan yang memproduksi jenis makanan beku yang home-made, bebas MSG, bebas pengawet, higenis, sehat dan bisa membuka peluang bua...