Sosial media sudah bukan barang mahal, apalagi barang khusus untuk orang tertentu.
Dewasa ini sosial media sudah menjadi sebuah kebutuhan. masing-masing aplikasi di media sosial memiliki algoritma masing-masing, yang mana jika kita tak cermati, akan tidak optimal penggunaannya.
Apa sih algoritma itu? lalu mengapa begitu penting memahami algoritma di masing-masing sosial media?
Algoritma adalah seperangkat aturan matematika yang menentukan bagaimana sekelompok data berperilaku.
Maka jika didalam media sosial maka algoritma ini sangat penting dalam menentukan validitas dalam penetapan akun dan konten media sosial.
Media Sosial apa yang biasa Anda pakai untuk menunjang kebutuhan Anda? basicnya biasanya adalah facebook, instagram, blog, twitter, pinterest, linkedln dan lain sebagainya.
Dahulu saat baru mengenal media sosial dan mulai bersosial media, saya rajin memposting cuitan saya di friendster, mungkin buat Anda yang lahir 83-an masih sempet jumpain.
saya tuh sukaaa cerita lewat tulisan, maka friendster pun sukaa bercerita, entah penting atau nggak penting tapi saya menulis dari hati.
setelah saya resign dari pekerjaan saya, kesibukan saya sebagai IRT tapi jiwa jualan saya nggak bisa dibendung lagi.
Akhirnya atas izin suami, saya berjualan online, nah saat inilah saya pertama kalinya memegang FB, lalu menggunakan FB untuk berjualan online.
Saya juga merambah ke intagram yang memiliki fitur bagus, dan cocok banget buat konten yang bergerak. aihhh saya akhirnya menyewa asisten agar uplotannya cantik dan kece.
Menurut saya waktu itu, berjualan di FB dengan cara beri gambar sebanyak-banyaknya dan detail selengkap-lengkapnya kepada calon pembeli. Tapi ternyata? salah Marimar!! 😆 yang ada postingannya àsepiii pengunjung, bahkan minim like dan komen di wapri? apalagi ... hampir nggak ada.
harus banting setir, atau belajar dulu dengan ahlinya. berikut pengalam saya, mengapa saya memilih FB, instagram dan WA sebagai media sosial untuk berjualan.
Kalau saya pribadi,
Sukaaa banget sama penjual offline itu yang ramah, ngasih kita knowledge (setidaknya ketika ditanya, ngga hanya jawab sudah dari sana nya 🙄), ngga ngikutin pas kita liat barang.
Sedang kalau online shop saya suka yang ngga langsung to the poin jualan, ngga broadcast produk sembarangan tanpa permisi, dan ngga buru-buruin orang untuk deal.
Sebelum jadi penjual saya pun jadi pembeli, membeli barang atau jasa baik offline maupun online. satu yang bisa bikin saya bolak balik ke penjualnya buat beli produknya, adalah karena KOMUNIKATIF.
Jadi jualan itu ada seninya ya, jika di FB fokusnya adalah bercerita, sedangkan jika di instagram lebih pada konten dan populernya.
lebih mudahnya, yuk kita intip Do and Dont dalam bermedia sosial berikut ini.
Do
- media sosial untuk bersosialisasi, dalam hal ini FB menjadi pilihan yang tepat
- berbagi manfaat, berikan tulisan atau motivasi yang mana bisa diikuti.
- Fokus konten, konten di FB bisa live unboxing singapura,
- Covert Selling
Namanya jualan berasa nggak jualan ☺
Dont
- tempat ngiklan
duh jangan setiap postingan jualan terus say, masukkan cerita lucu, pancing dengan keunikan produk tadi.
- posting jualan mulu
bikin bosen dan malas belajar.
- fokus closing, salah lebih baik fokus pada interaksi
- Hard selling
to the point, tanpa babibu basa basi, dan minim interaksi
Dalam bersosial media juga jangan mengutarakan kegalauan, baper dan semua yang terjadi pada kita. ingat pesen Tere Liye berikut ini :
"Bahkan yang kita sangka teman, bisa saja menyebarkan aib yang kita miliki, apalagi orang yang sama sekali tidak kita kenal.
Maka berhati-hatilah curhat di media sosial, sebagian dari mereka tidak peduli atas apa yang kita tulis, sebagian lagi malah senang mendapat bahan tontonan, gosip, dsbgnya. Buruk sekali dampaknya.
*Tere Liye
Semoga bermanfaat ya.
Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 days writing challenge sahabat hosting
#30dayswritingchallengesahabathosting
Yuk mulai dari sekarang, kita bijak dan cerdas dalam bersosial media.
Komentar
Posting Komentar